Minggu, 21 Desember 2008

Program Kebersihan Belum Bisa Efektif Kalau Tanpa Solusi Zonasi

Wako Pulang, Lapak Kembali Centang Prenang

KOTAJAMBI-Aksi Turun langsung membersihkan Kota Jambi dari sampah yang rajin dilakoni pasangan Walikota (Wako) dr Bambang Priyanto dan Wakil Walikota (Wawako) Sum Indra pasca dilentik beberapa waktu lalu, ternyata belumlah bisa efektif benar merubah prilaku masyarakat.

Buktinya, di bebeapa kawasan yang sudah disatroni keduanya guna ditertibkan ternyata samasekali belum mampu merubah kondisi ril kawasan bersangkutan. Pasalnya, baru saja bebeapa waktu Wako atau Wawako menyingsingkan lengan baju di situ membersihkan sampah-sampah berserakan serampangan.

Lalu sampai hampir bebuih muutnya memberikan wejangan kepada Pedagang Kaki Lilma (PKL) dan masyarakat setempat tentang arti pentingnya menjaga kebersihan ternyata samasekali belum bisa memberikan pemahaman yang berarti terhadap misi positif sang pemimpin baru tersebut.

Boleh dibilangm, belum seberapa jauh sang pemimpin berlalu dari tempat tersebut, berikutnya sudah ada lapak-lapak yang sebelumnya sudah disingkirkan atau dihancurkan itu kembali berdiri di tempatnya semula.

Semakin kentara ketika beberapa hari berikutnya saat masyarakat sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi hari raya Idul Adha, ketika pada saat yang sama tak ada lagi petugas yang mengawasi, lapak-lapak lainnya pun sudah kembali tumbuh subur di situ. Seperti spora jamur di musim penghujan. Kawasan itupun sudah kembali ke bentuk sediakalanya, centang prenang seperti kapal pecah.

Leihat saja di sepanjang Jalan Patimura yang disatroni Sum Indra bersama Pol PP malam-malam, lalu pasar Angsoduo, dan terakhir Pasar Baru Talangbanjar, kondisinya kini seakan tak ada beda ketika sebelum dan sesudah dibersihkan Wako.

Ditanya Posmetro Jambi, para pedagang itu malah dengan enteng memaparkan jawaban yang benar-benar masuk logika. “Nak pindah kemano Pak, orang nak lebaran haji kito butuh duit tuk biso beli daging, soalnyo kupon dak dapat sikok pun,” alibi seorang pedagang.

Hal senada pun diungkapkan oleh PKL dan masayrakat lainnya. Ditegaskan mereka, pihaknya bukannya tidak mau mematuhi dan mengikuti apa yang diinstruksikan Walikota, akan tetapi kondisilah yang terus memaksa mereka untuk tetap berjualan dan berjuang dfi tempat itu.
Mereka harus mempertahankan hidupnya, dari untung jualan yang hanya 10 atau 20 ribu rupiah sehari itu. Teramat klise memang, tapi juga sangat masuk akal.

Mereka menyambut baik misi Pemerintah Kota (Pemkot) menjadikan Kota Beradat Jambi jadi kota yang bersih dan rapih, tapi seyogyanya demi berjalan lancarnya program itu, pemerintah sudah menyiapkan solusi berupa tempat atau zonasi khusus bagi mereka untuk berjualan. “Kareno kalu tanpa itu, tak kan biso berjalan efektif, Pak,” alasan mereka berkilah.(c@l)

0 komentar: