Senin, 01 Desember 2008

Ketika BBM Turun, dan yang Lain Belum Ikut Turun



teks foto: Inilah potret antrian pengisian BBM premium yang terjadi di SPBU yang ada di Kota Jambi saat diberlakukannya penurunan harga secara resmi semenjak kemarin

Antrian Tak Separah Sewaktu Naik, Tapi Tetap Mengusik

Sesuai keputusan pemerintah Senin (01/12) kemarin, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium atau bensin bersubsidi, turun Rp 500 dari Rp 6000 menjadi Rp 5500. merespon kondisi ini kalau di kota-kota lain berbagai ekspresi langsung diluapkan masyarakat, di Jambi rupanya masih relatif biasa-biasa saja.

YUPNICAl, DWI & SUZAN, KOTA JAMBI


Buktinya, dari pantauan Posmetro Jambi seharian kemarin, memang sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap antrian di Stasiun pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Meski antrian yang terjadi tidaklah sampai seheboh dan separah sewaktu kenaikan ‘si emas cair’ itu beberapa bulan lalu.

Sikap publik malah bisa dibilang biasa saja, tak ada yang terlalu istimewa. Meskipun banyak yang mengaku senang karena adanya penurunan harga BBM ketika di tengah kenaikan harga-harga barang yang lainnya, namun kalau dibandingkan dengan tingkat kesulitan hidup yang dialami warga saat ini, penurunan yang hanya Rp 500 perak itu tidaklah berarti apa-apa. bahkan masih tidak sepadan dengan harga sebatang rokok. Masih sangat jauh dari yang semestinya seperti diharapkan warga.
“Alhamdulillah, BBM turun jugo, meskipun dikit tapi jadilah dari pado idak samosekali. Setidaknya ini biso mengurangi pengeluaran kito dikit,” ungkap Anggo salah seorang warga yang kesahariannya bekerja sebagai PKL.

Hal senada juga diungkapkan warga lainnya. Umumnya mereka mengaku menyambut gembira turunnya harga BBM bensin ini. akan tetapi kegembiraan itu belum bisa terekspresikan karena ternyata penurunannya itu samasekali tidak atau belum diikuti oleh harga-harga barang lainnya yang telah terlanjur dulu ikut-ikutan naik seiring naiknya harga BBM. Kini saat BBM turun mereka ternyata masih ogah turun bersama ‘sang inang’.

“Bensin turun, tapi minyak yang lainnya tak ikut turun, minyak tanah tetap mahal. Gas jugo mahal, minyak sayur jugo, Sembako lainnyo jugo masih mahal, bahkan ongkos ojek dan oplet jugo masih segitu la, cuman sawit hargo saawit yang masih melorot,” celetuk antrian yang lainnya.

“Mestinyo kan yang dulu ikut naik sekarang ni jugo ikut turunla, jangan masih enak-enakan di atas,” timpal yang lainnya.
Kembali ke soal antrian. Antrian yang cukup panjang memang sempat terjadi di hampir semua SPBU yang ada di Kota Beradat Jambi. pantauan di SPBU di Kebun Jeruk misalnya, salah satu SPBU Utama di kota Jambi, antrian di situ telihat memanjang sampai ke sisi jalan.

SPBU itu dipadati oleh antrian kendaraan yang ingin mengisi atau membeli premium bersubsidi yang sudah resmi turun itu. Antrian pada hari itu tidak seperti biasanya karena antrian sampai ke pinggir jalan.
Kepada koran ini kemarin, Ani Waty, pengawas SPBU Kebun Jeruk mengatakan bahwa SPBU Kebun jeruk masih menggunakan stok lama dan juga menggunakan stok premium dengan harga sekarang.

Melihat meningkatnya jumlah pembeli kemarin agar kebutuhan pembeli akan premium terpenuhi Ani menghubungi pertamina agar mengirimkan premium lagi. “melihat jumlah pembeli meningkat, saya tadi sudah menghubungi pertamina untuk dikirimkan premium lagi” katanya.
“Semoga dengan turunnya harga premium saat ini, jumlah pembeli semakin meningkat,” pungkasnya.

Kondisi serupa juga terlihat di SPBU Lainnya. Umumnya alasan warga mengantri tersebut adalah karena kekuatiran kemungkinan terjadinya lagi kelangkaan seperti waktu kenaikan harga dulu. Tapi, sampai kemarin sore, justeru tidak terlihat ada SPBU yang bermasalah dengan stok persediaannya. Kondisi stabil ini tentu saja memberikan kepercayaan dan keyakinan bagi publik kalau tidak akan terjadi kelangkaan, meskipun dengan harga yang lebih murah dipastikan konsumen juga akan naik. Demikian.***

0 komentar: