Senin, 01 Desember 2008

Jangan Sekali-kali Bandingkan Sumatera dengan Jawa

Suwarno Wisetrotomo: Apalagi dengan Papua, Karena Mereka Takkan Pernah Sama, Juga Perihal Kebudayaan dan Perkeseniananya

SUNGAIKAMBANG-“Jangan sekali-kali mencoba banding-bandingkan Sumatera dengan Jawa dong, ya jelas beda, wong namanya aja sudah beda, apalagi soal isi dan esensi, apalagi karekter dan nasibnya,” begitu ungkapan bijak pernah tercetus dari mulut seorang pemerhati sosial dari Jakarta yang pernah mampir di Jambi pada suatu waktu.
Kemarin, ungkapan serupa kembali tersirat dari mulut kurator nasional Suwarno Wisetrotomo yang dihadirkan panitia Pameran Lukisan dan Dialog Pelukis se-Sumatera (PLDPS) kepada Posmetro Jambi yang secara khusus mewawancarainya di ruang makan Wisma Taman Budaya Jambi (TBJ).

Suwarno mengakui kalau dirinyapun termasuk orang yang tidak setuju jika perkembangan kebudayaan apalagi perkesenianan di Sumatera ini dengan daerah lain seperti Jawa dan Bali yang selama ini memang telah terstreotipkan di tengah publik sebagai daerah yang lebih maju. Lebih parah dianggap jawara yang patut dianuti dan berikutnya dijadikan suhu atau guru oleh semua pecundang, yang mungkin juga oleh Sumatera.
“Padahal tidaklah seperti itu, persoalan sekarang ini bukan terletak pada maju tidak maju, baik tidak baik atau berbagai istilah perbandingan lainnya. Hanya saja saat ini yang jadi persoalan aspek distribusi. Terkait di sini adalah aspek penyadaran dan kesadaran publik akan potensi yang dimilikinya sendiri, tidak bisa dibanding-bandingkan dengan orang lain,” jawab kurator yang mengaku sudah cukup akrab dengan dunia perkesenianan khususnya seni lukis di Jambi ini.

Lebih jauh, persoalan banding membandingkan yang terjadi selama ini diakui maupun tidak lebih seringlah digelembungkan atau dikemukakan oleh publik di Sumatera sendiri. dan lacurnya hal itu malah hanya mengambil standar-standar material yang secara fisik yang bisa tampak hanya dengan mata di kepala semata.

Salah satunya adalah anggapan kalau kehidupan ekonomi para pelukis di Jawa dan Bali jauh lebih bisa sejahtera di bandingkan di daerah kepulauan lain di nusantara ini. lalu anggapan tentang betapa iklim perkesenianan di Jawa dan bali begitu kondusif dan familiarnya dengan seniman. Lalu anggapan betapa besarnya perhatian pemerintah terhadap kehidupan perkesenianan di sana, juga anggapan tentang betapa mudahnya berkarya di sana karena kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Budaya (SDB)nya.

Kalau hanya itu yang dijadikan tolak ukur jelas saja Sumatera tidak akan pernah bisa menyadari dirinya kalau dia sesungguhnya memiliki juga semua itu. itu karena mereka selalu sibuk melihat hijaunya tanaman di ladang orang, hingga lupa menggarap ladang sendiri.

Padalah sesungguhnya Jawa sendiri pun sangat ingin melihat apa sesungguhnya yang ada di ladang saudara atau tetangganya di pulau lain itu, tapi itu tak pernah bisa terjadi karena sang saudara trnyata belum juga berbuat apa-apa dengan lahan yang dimilikinya itu. begitulah perumpamaannya.

Meski dua orang saudara kabndung dari ayah dan ibu yang sama bernama Indo dan Nesia, tapi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimatan, Sulawesi dan Papua tetaplah dua individu yang berbeda, mereka tidak akan pernah sama. Bahkan dua saudara kembar siam seperti Jawa dan Sunda saja sudah jelas ada bedanya, apalagi dengan saudara yang sudah terbelah oleh selat dan samudera. Jelas beda. Jadi tentu lebih bijak dan lebih arif dan lebih menguntungkan semua saling mencari persamaan saja.

Kalau soal perbedaaan, sedari dulunya memang sudah ada, dari namanya saja sudah beda, apalagi yang lainnya. Perbedaan itu tidak di cari pun dia sudah ada dengan sendirinya, apalagi kalau memang sengaja terus saja dikorek-korek, dicari-cari tentu saja yang dikorek itu akan jadi borok luka menganga menundang lalat, ulat dan larva.
Padahal tidak jarang di sisi lain sumatera malah lebih unggul dari Jawa. Tentang PLDPS misalnya. Jelas Sumatera menang di sini, karena di Jawa tidak ada yang namanya Pameran Lukisan dan Dialog Pelukis se-Jawa (PJDPS). Begitu juga di Bali tidak ada PBDPS, di Kalimantan saja juga tidak ada PKDPS. Meski mungkin di sisi lain Jogja punya pameran ‘bienel’, dan Jambi tidak.

“Maka karena itulah, Ide mengangkat Sumatera Imaginable ini di pilih, agar dengan ini Sumatera dapat memandang, memikirkan dan lalu mengangkat segenap potensi apa pun yang ada disekelilingnya. Dengan begitu berikutnya penyadaran akan kekuatan diri sendiri itu nantinya di masa depannya, dengan sendirinya akan membentuk dengan sendirinya pula nasib baik bisa ditapak dan dituju oleh Sumatera itu sendiri, bukan dengan kaki saudaranya,” demikian tandas bapak yang perwakannya terbilang mungil namun bersahaja ini menutup wawancara seperti senja yang turun saat itu.(c@l)

2 komentar:

Agus Pelukis segala Jaman mengatakan...

Salam kenal bang nama sy Agus Sudarso sy jg seorang pelukis,stlh sy membaca uraian diatas sy tersentuh jg untk memajukan budaya Jambi tentunya dibidang seni lukis dan kuat skali rasa ingin bergabung dg rekan2 kt seniman yg ada di PLDPS Jambi,tetapi krn tmpt tggl sy dipedalaman sy tdk tau hrs memulainya dr mana,mhn infrmsinya trims..
Alamat email sy:lukisanagus@gmail.com
Hp.081366001888 dan 085266611186

Agus Pelukis segala Jaman mengatakan...

Salam kenal bang nama sy Agus Sudarso sy jg seorang pelukis,stlh sy membaca uraian diatas sy tersentuh jg untk memajukan budaya Jambi tentunya dibidang seni lukis dan kuat skali rasa ingin bergabung dg rekan2 kt seniman yg ada di PLDPS Jambi,tetapi krn tmpt tggl sy dipedalaman sy tdk tau hrs memulainya dr mana,mhn infrmsinya trims..
Alamat email sy:lukisanagus@gmail.com
Hp.081366001888 dan 085266611186