Minggu, 21 Desember 2008

Kota di Tengah Hutan, Tapi Amat Bersih Laksana Taman Syurgawi

Yang Bisa Dipetik dari Bogor Sebagai Oleh-oleh untuk Jambi (1)

Dari 9 sampai 12 Desember lalu, lima duta budaya Jambi yang salah satunya adalah Posmetro Jambi turut ikut larut dan hanyut dalam helatan kebudayaan akbar yakni Kongres Kebudayaan Indonesia di Kota Bogor Jawa Barat. Selain setumpuk rekomendasi kongres, ada pula banyak pengalaman menarik lainnya yang bisa kami petik dan bawa pulang ke Jambi, sebagai oleh-oleh penebus kepercayaan yang telah diberikan segenap warga Jambi kepada kami. Inilah beberapa kuntum diantaranya.

YUPNICAL SAKETI, JAMBI

Memasuki Kota Bogor nuansa dan suasana lain langsung dirasakan Posmetro Jambi. Maklum Kota Jambi memang teramat berbeda kondisi dan tifografinya dengan Bogor. Kalau Kota Jambi adalah ‘kota kemarau’ yang berhawa panas, Bogor adalah ‘kota kabut’ yang teduh, ‘kota hutan’ yang rindang.

Kalau kota Jambi adalah ‘kota transit’ para ‘musafir’, maka Bogor adalah kota istirahat para pekerja dari Jakarta. Tapi kesamaan diantara keduanya adalah soal ukuran luasnya, keduanya agaknya sama luas. Jadi, siapa tak tercengang mendapati suasana dan nuansa lain yang teramat beda dan teramat berasa. Mendapati Bogor ternyata adalah menemukan sebuah kota yang berdiri megah di tengah lebatnya hutan belantara.
Kerindangan dan keteduhan begitu terasa di setiap tempat. Pohon-pohon pelindung kota bediri kokoh menjulang seperti raksasa hijau pelindung kota. Entah sudah berapa ratus tahun mereka tumbuh di situ. Batangnya yang berotot kekar diserabuti lumut nan hijau dan lembab. Di situ anak-anak terlihat asyik bermain ayun-ayunan layaknya Tarzan. Akar-akarnya seperti menjuntai dari langit. Siapa tak terpana mendapati itu.

Dikota di tengah hutan itu pula berdiri sebuah istana. Ya itu istana kepresidenan yang lainnya selain istana negara di jakarta tentunya. Istana ini berikutnya telah mempertegas pula esensi atau keberadaan kota ini sebagai ‘kota istirahat’. Dan sebutan itu masih berlaku hingga kini, ketika zaman semakin memepet manusia dengan segala aktivitasnya yang komplek dan pelik di kota-kota besar lainnya di bawah sana seperti Jakarta, Bandung atau semarang.

Lalu yang semakin membuat kami tercengang adalah ketika mendapati betapa Kota itu benar-benar adalah kota yang bersih, bahkan teramat sangat bersih. Ruas jalan yang umumnya kecil-kecil, tidaklah sampai selebar dan seluas jalananan di Kota jambi, justeru terlihat teramat bersih.

Aspalnya terlihat hitam mengkilap, seperti baru saja dipel. Padahal kjalau melihat kenyataannya kota di tengah hutan yang dirindangi pepohonan raksasa berdaun lebat itu logikanya pula pasti akan banyak sampah dedauanan berguguran di bawahanya, Tapi rupanya tak terlihat adalah sehelai daun pun terserak sia-sia di jalanan kota yang sempit-sempit itu.

Ya, Mungkin memang embun yang basah dan renyai gerimisi yang selang satu jam sekali terus turun di situ telah turut membantu membasuh jalanan itu hingga terlihat selalu bersih. Tapi ternyata bukan karena itu semata kota itu nisa begitu bersih rapi mengkilap laksana taman syurgawi itu. kebersihan kota rupanya sudah menjadi perhatian dan kesadaran segenap warganya.

Bayangkan saja, ketika baru saja selembar daun terlepas dari tampuknya dan jatuh melayang ke jalanan, belum lagi daun itu sampai meyentuh aspal dari tiga penjuru tiga orang petugas bersenajatakan sapu dan serokan sudah berlari seakan ingin berebut sehelai daun kering itu, untuk berikutnya dipindahkan tempat sampah yang tersedia di hampir setiap ruas jalan.

Siapa tak berdecak kagum melihat etos kerja dan tanggung jawab besar yang ditunjukkan petugas kebersihan itu. mereka berlomba dan bahkan bersaing untuk membersihkan jalanan kotanya. Sungguh beda dengan Jambi, petugas kebersihan entah di mana, tempat sampah entah di mana.

Lalu, kita masih berkutat seputar jalan. Di kota yang pernah dijejak presiden Amerika serikat George W Bush bebeapa waktu lalu atau serombongan pemimpin dunia semasa anggota APEC semasa kepemimpinan presiden Soeharto dulu. Meskipun jalanannya kecil dan terlihat sempit-sempit, seperti jalan lingkungannya saja kalau di Jambi, tapi selain bersih jalanan itu samasekali tidak telihat ada atau pernah berlubang.
Buktinya tak terlihat ada sedikit ada tambalan aspal jalanan yang berliku turun naik bukit itu. semua seakan tidak pernah ada yang retak apalagi sampai rusak, bergelombang seperti rambut keriting, atau jadi kubangan kerbau dan badak seperti jalanan di Kota Jambi.

Ya mungkin saja, karena di situ ada istana negara maka pemerintah senantiasa mengucurkan dana besar untuk pembangunan dan pemeliharaan jalanan kotanya. Pasalnya tentu saja pemerintah tidak mau sampai malu pada para tamu negara yang diboyong bersantai ke situ.

Tapi ternyata bukan hanya karena itu. masyarakatnya sendiri juga terlihat begitu peduli dengan kondisi jalannya. Mereka begitu mematuhi peraturan lalulintas. Tak ada kendaraannya yang ovr kapasitas berlalu di atas jalanan itu. jangan muatan mobil, orang boncengan tiga naik motor saja tidak terlihat kecuali bersama anak kecil.

Ditanya mengapa begitu, jawab mereka begitu santai tapi jujur, karena mereka tak mau jalanan kota mereka rusak hanya karena motor mereka berlebih muatan. Sungguh luar biasa.
Lalu menilik ke sisi setiap jalan. Di situ got, selokan atau pun drainase, terlihat teramat bersih. Tak ada kotoran atau sampah yang nyangkut di situ. Begitu juga halnya dengan sungai dan anak sungai berbatu yang berair jernih melintasi kota mereka. Tak telihat samasekali ada sampah di situ, apalagi jamban pemandian MCK seperti di sungai dan anak sungai di Kota Jambi.

Memasuki pasar tradisionalnya, pemandangan bersih juga masih terlihat. Pasar itu sepertinya baru saja disapu petugas, padahal kesibukan di situ tak lebih tak kurang samalah dengan di pasar angsdouo Jambi. tapi di situ ada sampah yang sampai menimbulkan bau, sehingganya para turis bule pun mau berbetah-betah berbelanja di situ. Sungguh luar biasa.

Nah, setelah begitu, bagaimana dengan mun Jambi. masih soal kebersihan kau akan menyibukkan diri perihal perlu tidaknya menggunakan jasa pihak ketiga seperti yang terjadi belakangan ini. toh soal kebersihan bukanlah semata terletak pada siapa yang harus mengelolanya, tapi melainkan perihal karekter setiap individu masyarakat dan negerinya sendiri.

Seperti Bogor, sedari dulu mereka memang berkarekter hidup teratur dan bersih. Masih tak percaya, baiklah besok kita beberkan kisah lainnya yang berhasil kami petik dari kota hutan itu. sekian untuk saat ini.***

0 komentar: