Rabu, 29 Oktober 2008

Karena Sawit, Orang Jambi Banyak Sakit Jiwa

Karena Sawit, Orang Jambi Banyak Sakit Jiwa

Sedikitnya Sudah 10 Petani Masuk RSJ Karena Stress Be3rat Mikir Dililit Hutang Cicilan Barang Kreditan

KOTAJAMBI-Dampak nyata dari krisis ekonomi global yang berimbas kepada anjloknya harga sawit di pasaran dunia dari Rp 2900 jadi Rp 200 perkilogram, kini mulai dirasakan oleh Jambi. khususnya bagi para petani sawit.

Pasalnya, karena begitu drastisnya harga sawit anjlok, yang menjadi mata pencaharian dan sumber penghidupan mereka selama ini, kini mereka rasakan langsung dampaknya terhadap perekonomian keluarganya. Salah satu butkinya adalah dengan telah mulai meningkatnya pengidap gangguan bahkan sakit jiwa di bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini.

Buktinya, pihak Rumah sakit Jiwa (RSJ) Jambi melalui Direkturnya Chaeril dalam keterangan kepada wartawan baru-baru ini seperti yang diterima Posmetro Jambi, dinyatakan memang semenjak terjadinya penurunan drastis harga sawit di pasaran dunia, pasiennya terus meningkat. Bahkan menurutnya kini pihaknya tengah merawat sedikitnya 10 pasien baru yang kesemuanya adalah petani sawit.

Gangguan kejiwaan yang dirasakan mereka umumnya adalah stress baik berat maupun ringan. Atau dalam sebutan sederhananya tertekan kejiwaan karena beban kehidupan yang mendadak berat mendera mereka. Salah satunya adalah lilitan hutang yang menumpuk.

Pasalnya, ketika beberapa bulan lalu harga sawit sampai melonjak demikian pesatnya, tidak sedikit para petani yang mendadak menjadi orang kaya mendadak.
Keberhasilan mereka itu mereka ekspresikan dengan memborong berbagai bentuk barang keperluan atau kebutuhan kehidupannya, baik dengan bayar tunai maupun yang cicilan atau kreditan.

Nah, yang kreditan inilah yang saat ini dirasakan begitu memberatkan mereka. Pasalnya dengan murahnya harga sawit kebanyakan mereka kini tak mampu lagi membayar cicilan barang yang mereka kredit. Sementara barang-barang yang mereka kredit itu adalah barang-barang kebutuhan lux yang mewah seperti kendaraan, mobil atau motor. Lalu barang-barang elektronik seperti teve, DVD, kulkas dan lain sebagainya.

Di sisi lain, beban kehidupan lainnya yang jauh lebih primer seperti biaya sekolah anak juga harus mereka bayarkan. Karena itulah stress berat. Bahkan karena ketidak sanggupan itu banyak diantara anak uysia sekolah itu yang dipaksa orang tuanya untuk berhenti sekolah.

Sementara itu, jika kondisi krisis ini masih terus berlanjut maka diprediksikan dalam waktu ke depan orang sakit jiwa di Jambi ini pun akan terus meningkat. Demikian menurut seorang pengamat sosial masyarakat Jambi menjawab koran ini.(c@l)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Gimana nih pemerintah masa ga bisa bantu rakyatnya...

Anonim mengatakan...

Gimana kalau kita tukeran link... Setuju...???