Jumat, 10 Oktober 2008

Receh yang Lecehkan Bulan puasa Penuh Berkah

Sekelumit Tentang Gepeng Peminta Receh yang Lecehkan Bulan puasa Penuh Berkah

Sengaja Invasi ke Jambi, Ngemis Sebagai Profesi

Bukanlah termasuk bukti ‘bin ajaib’nya bulan puasa, kalau ternyata di bulan saat-saat umat Muslim memacu diri beribadah berlomba-lomba berbuat kebaikan demi mengejar ridho dan rahmat Illahi ini, selalu disertai pula oleh menjamurnya kehadiran orang-orang berpenampilan miskin pafa lalu lalang meminta-minta duit empengan kepada warga yang berbelanja.

YUPNICAL SAKETI, PASAR JAMBI__________________________________

Lalu siapa mereka yang telah salah kaprah memaknai bulan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah ini. Dari mana mereka para Gelandangan dan Pengemis (Gepeng) yang sepertinya hanya bermunculan musiman di bulan puasa ini.
Toh sebenarnya warga Kota Jambi sudah cukup mengenal para pengemisnya, dan mereka adalah benar-benar para wajah baru yang entah datang dari mana.
Penasaran, Posmetro Jambi sempat menguntit alias mengikuti gerak-gerik para Gepeng itu, sebelum dan sesudah mereka beraksi. Setelah penungguan yang cukup lama akhirnya secara tidak sengaja sebuah kisah terangkai ketika di dalam sebuah Angkutan Kota (Angkot), wartawan koran ini semobil dengan sekelompok ibu-ibu dan anak-anak balitanya dalam gendongan.
Tanpa menyadari kehadiran koran ini di sebelahnya ibu-ibu paro baya yang masih terlihat segar bugar sehat walafiat berbusana layaknya orang yang akan pergi berbelanja di mall-mall tersebut saling berbincang.
“Susah nian yo sekarang ni, nak minta empeng be susah apolagi ribuan. La lebih seminggu di Jambi kami masih belum dapat jugo tuk beli baju lebaran,” keluh salah seorangnya memulai kisah.
“Iya, mana banyak razia lagi, hampir tiap hari Pol PP razia. Bagaimana mau dapat duit,” timpal yang lainya. “Mungkin kalau hari ini dapat duit, baru saya bisa beli baju lebaran untuk anak nanti sore,” imbuhnya. Penasaran, koran ini iseng bertanya soal daerah asal ibu-ibu itu. Tak di nyana dengan gamblang mereka mengakui kalau mereka datang dari Medan, sengaja ke Jambi untuk mencari rezeki.
“Dari Medan Dik, karena di sana sudah amat susah cari duit makanya kita coba ke Jambi,” aku salah seorang ibu. Yang lain justeru mengakui di antara mereka yang sering beraksi di pasar ada pula yang dari Pekanbaru, Palembang, bahkan Lampung.
Seperti telah di ketahui, di kota-kota tetangga Jambi tersebut memang telah diterapkan peraturan yang ketat perihal Gepeng. Di situ, Gepeng tidak di larang, tapi memberikan uang kepada mereka yang dilarang dan diancam denda yang tidak sedikit.
Mungkin karena hal itulah para Gepeng dari kota-kota itu berikutnya banyak yang eksodus ke Kota Beadat Jambi yang memang mereka ketahui belum memiliki peraturan ketat serupa.
Turun dari Angkot kelompok ibu-ibu itu langsung berpencar. Ada yang mengarah ke Swalayan Mitra, kawasan pasar Rombeng, Ramayana, kawasan Tropi dan Matahari dan ke kawasan-kawasan lainnya. Yang pasti mereka menuju tempat-tempat yang sudah pasti akan ramai.
Salah seorang ibu berjalan ke arah kawasan Mayang. Agaknya swalayan Tropi, Mandala dan Matahari adalah target operasinya hari itu. Benar saja setelah mengamati situasi ibu itu langsung menuju salah satu toilet di salah satu ruko. Tak berapa lama, sang ibu yang sebelumnya terlihat begitu segar bugar kini sudah keluar dengan dandanan yang sangat berbeda. Dia kini terlihat begitu memprihatinkan dengan sesosok anak balita dalam gendongannya.
Rambut kusut dan busana lusuh layaknya orang udik. Bahkan salah satu kakinya kini terlihat seperti dibalut perban lama yang penuh bercak darah layaknya di situ terbalut borok luka yang menahun.
Singkat cerita sang ibu yang kini telah dengan pakaian kerjanya itu mulai melancarkan aksi. Memelas-melas meminta-minta uang recehan kepada setiap orang yang dijumpainya. Sial baginya pagi itu, awal beraksi dia tidak berhasil mendapatkan receh belas kasihan orang sekeping pun. Selang setengah jam setelah itu barulah dia mendapatkan Rp 100- rupiah.
Begitulah sekelumit tentang mereka para gepeng musiman yang menjamur bermunculan tiap kali bulan puasa tiba di Kota Beradat Jambi ini. Di antara mereka bahkan ada yang sudah berkali-kali datang ke Jambi. Sempat berkali terkena razia dan dipulangkan, namun kembali lagi ke sini.
Di Jambi bahkan mereka sengaja mengontrak salah satu kossan. Disitu mereka tinggal bersama-sama dan mengatur strategi serta berbagi lokasi bersama-sama setiap harinya. Wah-wah.***

0 komentar: