Senin, 13 Oktober 2008

Trend Punk yang Terus Bertahan dan Bahkan Malah Berkembang

Trend Punk yang Terus Bertahan dan Bahkan Malah Berkembang


SEMENJAK beberapa tahun lalu, kehidupan jalanan di Kota Jambi resmi bertambah satu lagi, dengan kehadiran sekelompok anak muda berdandan teramat nyentrik yang menamakan diri mereka ‘anak punk’. Publik pun sempat dibuat resah karena persepsi mereka atas kehidupan ala anak punk ini samasekali belum tumbuh.

Apalagi dalam kesehariannya, para anak punk yang biasanya hidup berkelompok dan sehari-hari mencari uang dengan mengamen ini kerap pula menjurus negatif. Maka pemahaman publik berikutnya- pun melulu yang negatif-negatif
Padahal sesungguhnya gaya hidup bebas yang dipilih para anak punk tersebut sesungguhnya adalah cerminan dari jati diri pribadi dan pemberontakan sosial yang teramat mendalam atas semua kondisi yang terjadi di sekelilingnya.

Karena sesungguhnya punk bukanlah hanya sebatas gaya, anak punk bukanlah gerombolan preman apalagi barisan pengacau keamanan, anak punk bukanlah semata kelompok anak muda ambisius pencari sensasi. Anak punk bukanlah kelompok seniman yang gagal dan lalu brutal.

Prinsip mereka sesungguhnya teramatlah sederhana, hidup apa adanya, bergaya, berusaha keluar dari tatanan dan peraturan hidup yang dinilai sudah terlalu mengenkang dan tidak berperi lagi. Mulai dari kekangan keluarga, lingkungan, kebiasaan dan pakem sosial di lingkungannya, sampai ke soal selera musik dan gaya dandanan.

Awal cerita Punk lahir di eropa, di Jerman Punk tumbuh jadi satu kelompok yang dalam kehidupannya berjuang melawan kondisi perikehidupan di negaranya yang keras di masa dalam genggaman Nazi dengan pemimpin diktatornya, Adolf Hitler.

Lalu punk muncul di Amerika, di sini punk tumbuh dalam bingkai berbagai gerakan sosial. Ada kelompok yang anti rasis, tapi ada juga kelompok yang berusaha keras mempertahankan ra yang membedakan hak antara kulit putih dengan kulit hitam dan kulit berwarna.

Punk berikutnya hadir di kota-kota hampir di seantero dunia. Mulai dari Brazil kemudian merambah asia, sampai di Jepang, Thailand dan akhirnya tidak terkecuali di Indonesia.

Uniknya, anak punk di negeri, sungguh amat berbeda dengan tipikal dan karekter anak punk di negara-negara lain. Anak punk di sini jauh lebih membudaya dan berbudaya. Di sini, anak pun bukanlah kelompok anak jalanan yang bebal, brutal dan terkait dengan prilaku kriminal.

Mereka yang jadi anak punk di sini memang tetap berspirit dasar yakni memperjuangkan kebebasan diri, namun dalam kesehariannya mereka justeru lebih kreatif dan berprestasi. Bahkan tidak jarang terbentuknya kelompok mereka karena didasari karena dorongan sosial dan kemanusiaan yang tinggi.

Karenanya, ketika mampir di negeri ini, seorang filmaker dari Hollywood Amerika yang berpetualang keliling dunia merekam kehidupan anak punk ke dalam film dokumentar yang dibuatnya, sempat terheran-heran melihat dan mendapati karekter anak punk yang berbeda di negeri ini.

Di sini dia bertemu anak punk yang mempunyai job nyanyi di kafe-kafe, atau mendapati anak punk dengan dandanan khasnya yang nyentrik tengah bekerja mencankul di sawah membantu orang tuanya yang petani.

Hanya saja, memang ada juga segelintir di antara kelompk itu yang sering tersangkut dengan prilaku kriminal dan jadi langganan berurusan dengan aparat kepolisian. Narkoba, miras atau Menodong pengendara di jalanan, atau mencuri kaca spion mobil, tapi itu hanyalah segelintir.

Yang paling banyak ditemuin diantara mereka adalah mereka yang berdandan teramat nyentrik mengamen di jalanan atau tengah ngumpul-ngumpul di salah satu sudut kota tak bertuan. Pendek, asal mereka di beri kebebasan untuk berkekresi dan mengekspresikan dirinya, mereka tidaklah pernah pula menganggu masyarakat di sekitarnya.

Meskpiun banyak diantara kita yang merasa risih karena melihat pakaian berduri besi yang sudah pada kumal, dan bau badan yang menyengat karena mereka tentu jarang mandi.

Pasalnya, kalau publik bersikap anti, mereka justeru makin bikin keki. Mungkin gaya hidup mereka tidak cocok dengan kepribadian dan kebudayaan negeri ini, tapi tetap saja kehadiran mereka adalah salah satu dari warna pelangi, salah satu bentuk dari kebudayaan itu sendiri. Budaya urban orang sering menyebutnya.

Lihat saja, semakin banyak yang keki dan mengaku geli, dan lalu ada yang mencoba membasminya, anak punk justeru tak semakin tak terbantahkan, bahkan mereka terus berkembang. Semoga tulisan ini cukup memberi arti.(c@l)

1 komentar:

poetRy mengatakan...

saya tertarik untuk mengamati kehidupan anak punk di Kota Jambi. Saya sendiri dari Jambi yang sekarang sedang kuliah di Jakarta. ketika pulang liburan kemaren, saya sangat terkejut melihat kondsi jalan2 di JAmbi yang mulai macet dan di lampu merah terlihat banyak anak2 punk yang mengamen. selagi mereka tidak menggagu si tidak masalah. tapi saya ingin tawu, apa mereka semua asli penduduk Jambi ato pendatang dari daerah lain. saya pernah dengar katanya sebagian dari mereka adalah bukan penduduk Jambi. bisa gak saya minta bantuan referensi lain mengenai kehidupan para anak punk khususnya di Jambi sendiri.
terima kasih

Regard
Poetry